News Ticker

image slider by WOWSlider.com v9.0

Your Guadian Season 2 Part 8: Ketika Kepasrahan Melanda


"Nak, Ibu mau menanyakan sesuatu pada kamu."
"Ada apa bu?"
"Ibu tanya, kamu sudah bisa mandiri kan?"
"Kenapa Ibu tanya seperti itu?"
"Ya gapapa, Ibu cuma mau tanya. Jawab pertanyaan Ibu."
"Ya, bisa saja. Emangnya kenapa bu?"
"Gak, gapapa kok."
"Bu, jawab. Kenapa bu?"
"Sudah, sana kamu istirahat."
"Bu..."
"Tidur sana."

Akhirnya aku menuruti perintah Ibu untuk segera tidur. Tapi, aku tidak bisa tidur. Aku kepikiran perkataan Ibu. Ini pasti ada apa-apanya. Karena tidak bisa tidur, akhirnya aku lebih memilih untuk berdoa.

"Ya Tuhan, kehendakMu sajalah yang jadi, jangan kehendakku."

Pasrah. Satu kata yang menggambarkan perasaanku saat aku berdoa. Sudah Tuhan, kalau memang itu yang terbaik, biarlah itu terjadi.

Keesokan harinya, tepat pukul 12 siang, Ibu mulai untuk dioperasi. Namun, sebelum dioperasi, Ibu mengajakku untuk berbincang-bincang sejenak. Berbincang tentang segala sesuatu, dari tetangga sampai masalah politik negara. Ya, Ibu memang suka dengan masalah politik yang terjai di negara ini. Setelah berbicang banyak, perkataan Ibu sampai pada mimpi yang ia mimpikan kemarin malam.

"Jadi, Ibu kemarin malam sebelum Ibu menanyakan hal yang mungkin mengejutkan buat kamu, Ibu bermimpi."
"Mimpi apa bu?"
"Ibu bermimpi, Ibu bertemu dengan seseorang yang Ibu kurang jelas melihatnya, yang pasti Dia berwarna putih dan bercahaya."
"Terus bu?"
"Ya, dia mengatakan hal ini pada Ibu, pergilah bersamaKu. Namun, tak lama, Ibu terbangun."
"Bu, itu Tuhan bu. Ibu beruntung sekali bertemu Tuhan."

Setelah itu, Ibu terdiam dan termenung. Aku juga ikut terdiam. Tak lama, suster memanggil Ibu untuk segera mendapatkan perawatan sebelum menuju ke ruang operasi. Aku meminta waktu sejenak untuk berdoa bersama Ibu agar segala sesuatunya dilancarkan.

Ibu bertanya,
"Nak, jujur. Ibu sakit apa?"
"Gak bu, Ibu cuma kecapekan."
"Ga mungkin kalau ibu kecapekan sampai dioperasi. Sakit apa Ibu, nak?"

Belum selesai percakapan itu, dokter memanggil Ibu untuk kedua kalinya. Akhirnya Ibu segera ditindak oleh dokter dan tim.

Saat aku menunggu Ibu sedang dioperasi, aku hanya bisa berdoa; tak ada yang lain. Pikiran negatif itu terus melanda dan melanda tiada henti. Namun, di saat susah itu, pak Direktur dan sekretarisnya, Mbak Veranda datang dan memberi support buat aku. Namun, mereka berdua tidak bisa menemani aku sampai Ibu selesai dioperasi. Tidak apalah, mereka juga orang sibuk.

Setelah menunggu sekian lama, sang dokter keluar dari ruang operasi.

"Sebelumnya, kami memohon maaf sebesar-besarnya, kami sudah melakukan semaksimal mungkin yang bisa kami lakukan. Tapi, rupanya Tuhan berkehendak lain."

Hatiku hancur tak karuan. Aku memaksa untuk masuk ke ruang operasi dan menangisi Ibu. Namun, aku melihat wajah Ibu yang terlihat damai. Tapi, hati ini masih tidak terima dan terus berseru pada Tuhan,

"Kenapa Tuhan, kenapa? Aku hidup sama siapa sekarang Tuhan? Tuhan, di mana Engkau, Tuhan, di mana Engkau?"

Tidak ada jawaban apapun. Aku merasa seakan Tuhan itu jauh dan tidak ada. Aku merasa sendiri, sungguh sendiri. Ini akan jadi hari terburuk dalam hidupku.

Aku berpikir, kenapa Tuhan mengambil Ibu. Sudah kehilangan Ayah, kehilangan Ibu. Ada tujuan apa Tuhan sampai mengambil kedua orang tuaku. Tapi, keesokan harinya, tepatnya saat aku tidur, aku menemukan jawabannya lewat mimpiku.

-- Baca kelanjutan Your Guardian Season 2 hanya di Michael David Blog!

Komen dong h3h3h3h3

2 Komentar

*Dengan ngasih komentar, artinya kamu setuju sama peraturan (TOS) blog ini loh ya :D.